Monday, February 25, 2019

Kanker Serviks Rahim


Blog kelimaku

Ditulis oleh: dr. Sarah Picadela, Sp. OG, 25 Februari 2019

Jakarta: Mendengar kata kanker serviks rahim, terbayang penyakit yang mengerikan dan tentunya mematikan. Mendengar kata tersebut, mengingatkan kita akan sosok Julia Perez (alm), yang tentunya membuat kita bertanya, apa yang menyebabkan penyakit ini, dan apakah penyakit ini dapat disembuhkan.

Penyebab penyakit ini adalah human papiloma virus.

Kebanyakan pasien mengeluhkan hal - hal seperti:

  • Cairan vagina yang bau dan berdarah
  • Siklus mens yang tidak teratur dan memanjang
  • Nyeri pada saat menstruasi
  • Nyeri pada saat berhubungan seksual
    • Terkadang perempuan yang sudah menopause, mengalami pendaharan lagi seperti menstruasi
Dan hal - hal yang tidak terlalu spesifik seperti:

  • Lemas
  • Letih
  • Gampang sakit
  • Selera makan yang menurun
  • Penurunan berat badan yang signifikan
Sayangnya, semua simptom tersebut baru terlihat nyata pada stadium akhir sedangkan pada stadium awal tidak terlihat sehingga menyebabkan pertolongan datang terlambat

Faktor resiko:

  1. Melakukan hubungan seksual di usia yang terlalu muda (16 tahun)
  2. Terlalu sering melahirkan
  3. Aborsi
  4. Gonta ganti pasangan
  5. Pasangan yang tidak disunat
Cara mendiagonosis penyakit kanker serviks rahim:

  1. Papsmear
  2. Biopsi
Pengobatannya:

  1. Operasi (Histerotomi)
  2. Radioterapi
  3. Kemoterapi
Pencegahan:

  1. Vaksin
  2. Tidak aborsi
  3. Tidak terlalu sering melahirkan
  4. Setia pada pasangan
  5. Tidak melakukan hubungan pada usia dini

Tuesday, February 19, 2019

Keputihan Tidak Selalu Pertanda Buruk


Blog Keempatku

Disadur dari:
https://www.medcom.id/rona/kesehatan/Wb7jBJ0N-keputihan-tidak-selalu-pertanda-buruk

Ditulis oleh: Kumara Anggita, 09 Februari 2019

Jakarta: Para perempuan mencari berbagai cara untuk menghentikan keputihan. Padahal, keputihan adalah hal yang normal dan bahkan menentukan siklus anda. Sebelum bertindak, ada baiknya cari tahu penjelasan mengenai keputihan itu sendiri.
 
Dokter Spesialis Kandungan, dr. Sarah Picadela, SpOG menyatakan bahwa keputihan adalah fenomena yang lumrah pada perempuan. Oleh karena itu, sebelum paranoid, perlu bagi perempuan untuk bisa membedakan jenis keputihan.
 
"Keputihan terjadi karena ketidakseimbangan hormon. Hampir semua perempuan mengalaminya," tuturnya kepada Medcom.id di Jakarta. 

Dia menambahkan, keputihan ada yang sifatnya normal dan ada juga yang menandakan penyakit. Untuk keputihan yang normal, justru mengindikasikan perempuan sedang dalam keadaan subur.
 
"Ada keputihan secara fisiologis dan patologis. Yang fisiologis, terjadi karena perempuan mengalami fluktuasi hormonal. Itu menandakan kesuburan itu sendiri," lanjutnya.
 
Sementara untuk yang menandakan keputihan karena penyakit ditandai dengan cairan putih muncul dalam keadaan tidak biasa. Keputihan semacam ini yang perlu Anda khawatirkan dan konsultasikan kepada dokter.
 
"Kalau dikatakan patologi saat jumlahnya besar, menyebabkan gatal, tidak nyaman. dan hal ini tidak ada kaitannya dengan siklus kesuburan," tuturnya.
 
Jika keputihan normal terjadi pada Anda, tidak perlu khawatir dan mencoba berbagai produk untuk menghentikannya. Ini adalah sesuatu yang normal dan justru menandakan bahwa organ reproduksi Anda dalam keadaan sehat.

(SPOG - 19 Februari 2019)

Cara Tepat Mengatasi Keputihan

Untuk blog ketiga ku

Disadur dari:
https://www.medcom.id/rona/kesehatan/zNPWJ0WK-cara-tepat-mengatasi-keputihan

Ditulis oleh: Kumara Anggita, 09 Februari 2019

Jakarta: Keputihan membuat Anda merasa tidak nyaman sehingga menggunakan berbagai cara, termasuk penggunaan bahan kimia. Padahal, yang perlu Anda lakukan hanya dengan menjaga kebersihan lebih ekstra di daerah privat tersebut.
 
Dokter Spesialis Kandungan, dr. Sarah Picadela, SpOG mengatakan bahwa para perempuan sebaiknya menghindari keputihan dengan menjaga kebersihan, bukan menggunakan produk kimia. Hal ini dianjurkan karena efeknya akan lebih aman dan tidak menimbulkan penyakit lain.
 
"Jangan bersihkan dengan sabun apalagi secara berlebihan. Bersihkan saja dengan air bersih. Pakai sabun berlebihan bisa membuat disbalance bakteri yang membuat keputihan juga," katanya kepada Medcom.id di jakarta.

Selain itu, para perempuan disarankan untuk tidak menggunakan toilet secara sembarangan. Pastikan pula untuk membuat area privat Anda dalam keadaan kering setelah buang air.
 
Dokter Sarah juga memberikan saran agar perempuan memperhatikan apa yang digunakan sehari-hari. Dengan menggunakan bahan yang tepat, keputihan dapat dihindari.
 
"Anak muda biasanya paling suka pakai celana berbahan jin. Pastikan untuk tidak menggunakan jin terlalu ketat karena nanti akan panas dan menyebabkan kelembaban di daerah tersebut," tuturnya.
 
"Lebih baik menggunakan pakaian dalam berbahan katun," lanjutnya
 
Begitu mudah bukan? Intinya, Anda hanya perlu memperhatikan daerah privat agar selalu dalam keadaan bersih, dan mendapat sirkulasi udara.

(SPOG - 19 Februari 2019)

Bentuk Perut Ibu Hamil Tidak Menentukan Jenis Kelamin Bayi

Untuk Blog yang kedua

Disadur dari :
https://www.medcom.id/rona/kesehatan/1bVVQpLb-bentuk-perut-ibu-hamil-tidak-menentukan-jenis-kelamin-bayi?fbclid=IwAR2LIQ-TixOD3XTUgmeBOOsvUN3CaRHo-8X9_d8gKRHOnQ4HiRoP2epWNFM

Ditulis oleh : Kumara Anggita, 17 Februari 2019 10:13

Jakarta: Selama ini kita sering mendengar bahwa bentuk kandungan ibu menentukan jenis kelamin bayi. Namun, menurut dokter spesialis kandungan hal itu tidak benar adanya.

Dr. Sarah Picadela, SpOG menyatakan bahwa bentuk kandungan menentukan jenis kelamin adalah mitos. Akan tetapi ada penjelasan ilmiah kenapa orang bisa berpikir seperti itu.

Bentuk yang mucul saat mengandung bayi terjadi karena massa dari bayi itu sendiri. Bayi laki-laki cenderung lebih berat sehingga seakan bentuk perut ibu lonjong.

"Bayi laki-laki massanya lebih berat dari perempuan. Oleh karena itu makin kuat gaya gravitasi ke bawah, seolah lonjong,” tuturnya pada Medcom.id di Jakarta.

Mitos yang beredar selama ini adalah jika anak yang dikandung berjenis kelamin perempuan maka bentuk perut ibu akan bulat. Sementara jika Anak laki-laki bentuk perut ibu akan lonjong. Namun, pada zaman sekarang berat bayi perempuan juga bisa melebihi berat laki-laki. Alhasil memungkinkan bentuk perut yang sama.

"Tapi zaman sekarang bayi perempuan kadang massanya juga lebih berat dari laki-laki. Jadi ini tentang massa," lanjutnya.

Oleh karena itu, jangan terlalu dini mengasumsi  jenis kelamin bayi dengan hanya melihat dari bentuknya. Baiknya Anda konsultasikan ke dokter.

(SPOG - 19 Februari 2019)

Gaya Hidup tak Sehat Bikin Anda Kram saat Menstruasi


Untuk blog pertamaku

Disadur dari :
http://rona.metrotvnews.com/kesehatan/ybJ9D3WN-gaya-hidup-tak-sehat-bikin-anda-kram-saat-menstruasi?fbclid=IwAR0Dci15AIuKscKrwoJRizdWjO-gJG3ZjtiO6ukJkUgpJTrQ5zoeGiPZyVc

Ditulis oleh : Kumara Anggita, Selasa, 05 Feb 2019 12:08 WIB

Jakarta: Kram dan terasa begah saat menstruasi membuat Anda berpikir apa yang sesungguhnya terjadi di dalam rahim Anda. Menurut Dokter Spesialis Kandungan, hal ini terjadi akibat penyempitan di pembuluh darah.

“Ada penyempitan di pembuluh darah di bagian reproduksinya,” tutur dr. Sarah Picadela, SpOG kepada Medcom.id di Jakarta. 

Idealnya, menstruasi seharusnya tidak membuat organ reproduksi perempuan sakit. Penyempitan di pembuluh darah cenderung terjadi akibat gaya hidup yang tidak baik.

“Seharusnya peluruhan rahim terjadi mulus. Ini bisa terjadi karena stres berlebihan, konsumsi makanan tidak sehat, dan lain-lain. Hal-hal semacam ini membuat pembuluh darah macet,” sambung Sarah.

Untuk melancarkan peredaran darah, para perempuan bisa mengubah gaya hidup dengan membuat daerah sekitar reproduksi seperti perut dalam keadaan hangat.

“Minum-minuman hangat, minum herbal seperti jamu alami, camomile, mint. Makan sup hangat, Jahe, dan semacamnya,” tuturnya.

Selain mengonsumsi makanan dan minuman, Anda juga bisa membuat tubuh lebih hangat dari luar.

“Saat menstruasi, Anda bisa mandi air hangat dan mengusap minyak telon atau semacamnya di daerah sekitar panggul. Anda boleh pijat, namun dengan sangat lembut,” tutupnya.

(SPOG - 19 Februari 2019)